Pendidikan, ya pendidikan. Apa yang kalian ketahui tentang pendidikan? Apa yang perlu ditanamkan dalam proses pendidikan? Apa hanya ilmu pengetahuan? Atau apa?
Jika
menengok kata dasarnya, yang namanya pendidikan berasal dari kata yang bernama “didik”. Nah, apa itu didik? Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, didik adalah memelihara dan memberi latihan (ajaran,
tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Benar kan,
pendidikan ternyata tidak hanya transfer ilmu saja, akan tetapi perlu adanya
penanaman akhlak pada diri peserta didik agar mereka menjadi pribadi yang berakhlak
mulia.
Ingat,
saya pertegas. Tidak hanya ilmu, tapi juga akhlak. Dan ternyata, akhlak atau
juga bisa disebut dengan adab ini, harus didahulukan dalam urusan pendidikan. Imam Malik, ulama yang sudah terbukti
keutamaannya dalam agama ini pernah mengatakan, “Pelajarilah adab sebelum
mempelajari ilmu.” Singkat tapi mengena, dan memeng begitulah seharusnya. Ada contoh
lain tentang betapa pentingnya adab sebelum ilmu ini. Kisah dan sekaligus
menjadi pelajaran yang berharga bagi orang-orang beriman. Kisah ini datang dari
manusia paling mulia dan malaikat yang tertinggi derajatnya. Ya mereka adalah
Rasulullah Saw dan Jibril as.
Suatu hari Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam dan para sahabatnya didatangi oleh seorang lelaki. Lelaki
yang baru pertama kali dilihat oleh para sahabat. Mereka terheran-heran karena
lelaki ini secara tiba-tiba datang, dan langsung duduk di depan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam, seakan dia sudah sangat akrab dengan beliau. Dia juga
menanyakan beberapa hal penting kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam berkaitan dengan Islam, Iman, Ihsan, Hari Kiamat dan tanda kiamat. Anehnya,
jawaban yang keluar dari lisan beliau, mendapat tanggapan dari lelaki ini, “Engkau
benar.” Dan ini menambah heran para sahabat, dia yang bertanya, dia juga yang
membenarkan. Tanpa mereka sadari ternyata lelaki asing itu adalah jelmaan
Malaikat Jibril. Mereka mengetahuinya setelah
dia pergi, dan Rasulullah menanyakan kepada Umar radhiallahu ‘anhu yang
saat itu juga berkumpul dengan beliau, “Wahai Umar tahukah engkau siapa yang
bertanya itu?” Dengan mengembalikan semua kepada Allah dan Rasul-Nya, Umar pun
menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu”. Disempurnakanlah jawaban itu oleh
beliau, “Dia adalah Malaikat Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan
agama.”
Dialah
Jibril, ar-Ruh al-Amin. Malaikat yang paling baik dan paling tinggi
derajatnya di sisi Allah. Malaikat yang memiliki kedudukan yang tinggi di atas
seluruh malaikat, dan seluruh malaikat tunduk kepada perintahnya. Dia oleh Allah
diutus untuk mengajarkan ilmu kepada manusia. Tapi dari kisah tadi ada sebuah
adegan yang masih terlewat. Umar yang saat itu menyaksikan langsung peristiwa
datangnya Jibril mengabarkan kepada kita, “Pada suatu hari kami sedang
duduk-duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, tiba-tiba
datang seorang laki-laki yang memakai pakaian sangat putih dan berambut sangat
hitam, tidak terlihat sama sekali bekas-bekas perjalanan jauh dan tak seorang
pun dari kami yang mengenalinya. Sampai dia duduk di hadapan Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Sallam, lalu merapatkan kedua lututnya ke lutut Nabi, meletakkan
kedua telapak tangannya di atas paha beliau.”
Sangat
menarik, Malaikat Jibril yang menjelma menjadi seorang lelaki itu sudah
mempersiapkan panampilan fisiknya secara sempurna. Di saat dia akan mengajarkan
ilmu kepada para sahabat, maka dia siapkan panampilan dan tindakannya. Pakaian
yang bersih, rambut yang rapi, wajah yang cerah, serta duduknya yang sopan, dan itulah yang diajarkan
Jibril kepada para penuntut ilmu.
Wahai
pendidik dan penuntut ilmu, selain Jibril mengajarkan ilmu, ternyata ada hal
penting yang juga dia ajarkan; adab. Jibril
contohkan kepada kita, bagaimana menyiapkan kondisi prima dan menarik sebelum
menuntut ilmu. Inilah sebuah adab, adab di majelis ilmu. Suatu hal yang sangat
penting, karena dengan baiknya adab kita di majelis, dengan izin Allah; ilmu
akan mudah masuk ke dalam hati dan fikiran kita. Bagaimana? Sudah tahu
sekarang?
Yang perlu diingat, adab bukan
hanya adab di majelis ilmu, masih ada adab-adab yang lain. Misalnya, adab
berbicara, adab makan, serta adab-adab lainnya yang agama ini telah mengajarkan.
Jika ingin pendidikan berhasil,
maka utamakan adab. Dan ingat, pelajarilah ilmu setelahnya. Abdullah Ibnul Mubarak mengatakan, “Aku
mempelajari adab selama 30 tahun kemudian aku menuntut ilmu selama 20 tahun.
Mereka mempelajari adab sebelum belajar ilmu.” Wallahu a’lam
Oleh: A. Yusuf wicaksono
Referensi;
1.
Dr. Musthafa Dib al-Bugha,
Dr. Muhyiddin Mistu, Al-Wafi
2.
Yazid bin Abdul Qadir
Jawas, Adab dan Akhlak Penuntut Ilmu
3.
Syaikh Abdurrahman bin
Nashir As-Sa’di, Tafsir Juz ‘Amma
4.
KBBI online
5.
Rumaysho.com
0 komentar:
Posting Komentar