Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Minggu, 10 April 2016

, , , , , , , , ,

Pendidikan, Dahulukan Adab

Share

           Pendidikan, ya pendidikan. Apa yang kalian ketahui tentang pendidikan? Apa yang perlu ditanamkan dalam proses pendidikan? Apa hanya ilmu pengetahuan? Atau apa?
           Jika menengok kata dasarnya, yang namanya pendidikan berasal dari kata yang bernama  “didik”. Nah, apa itu didik? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, didik adalah memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Benar kan, pendidikan ternyata tidak hanya transfer ilmu saja, akan tetapi perlu adanya penanaman akhlak pada diri peserta didik agar mereka menjadi pribadi yang berakhlak mulia.
            Ingat, saya pertegas. Tidak hanya ilmu, tapi juga akhlak. Dan ternyata, akhlak atau juga bisa disebut dengan adab ini, harus didahulukan dalam urusan pendidikan.  Imam Malik, ulama yang sudah terbukti keutamaannya dalam agama ini pernah mengatakan, “Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu.” Singkat tapi mengena, dan memeng begitulah seharusnya. Ada contoh lain tentang betapa pentingnya adab sebelum ilmu ini. Kisah dan sekaligus menjadi pelajaran yang berharga bagi orang-orang beriman. Kisah ini datang dari manusia paling mulia dan malaikat yang tertinggi derajatnya. Ya mereka adalah Rasulullah Saw dan Jibril as.
Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabatnya didatangi oleh seorang lelaki. Lelaki yang baru pertama kali dilihat oleh para sahabat. Mereka terheran-heran karena lelaki ini secara tiba-tiba datang, dan langsung duduk di depan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, seakan dia sudah sangat akrab dengan beliau. Dia juga menanyakan beberapa hal penting kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berkaitan dengan Islam, Iman, Ihsan, Hari Kiamat dan tanda kiamat. Anehnya, jawaban yang keluar dari lisan beliau, mendapat tanggapan dari lelaki ini, “Engkau benar.” Dan ini menambah heran para sahabat, dia yang bertanya, dia juga yang membenarkan. Tanpa mereka sadari ternyata lelaki asing itu adalah jelmaan Malaikat Jibril.  Mereka mengetahuinya setelah dia pergi, dan Rasulullah menanyakan kepada Umar radhiallahu ‘anhu yang saat itu juga berkumpul dengan beliau, “Wahai Umar tahukah engkau siapa yang bertanya itu?” Dengan mengembalikan semua kepada Allah dan Rasul-Nya, Umar pun menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu”. Disempurnakanlah jawaban itu oleh beliau, “Dia adalah Malaikat Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama.”
            Dialah Jibril, ar-Ruh al-Amin. Malaikat yang paling baik dan paling tinggi derajatnya di sisi Allah. Malaikat yang memiliki kedudukan yang tinggi di atas seluruh malaikat, dan seluruh malaikat tunduk kepada perintahnya. Dia oleh Allah diutus untuk mengajarkan ilmu kepada manusia. Tapi dari kisah tadi ada sebuah adegan yang masih terlewat. Umar yang saat itu menyaksikan langsung peristiwa datangnya Jibril mengabarkan kepada kita, “Pada suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang memakai pakaian sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak terlihat sama sekali bekas-bekas perjalanan jauh dan tak seorang pun dari kami yang mengenalinya. Sampai dia duduk di hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, lalu merapatkan kedua lututnya ke lutut Nabi, meletakkan kedua telapak tangannya di atas paha beliau.”
           Sangat menarik, Malaikat Jibril yang menjelma menjadi seorang lelaki itu sudah mempersiapkan panampilan fisiknya secara sempurna. Di saat dia akan mengajarkan ilmu kepada para sahabat, maka dia siapkan panampilan dan tindakannya. Pakaian yang bersih, rambut yang rapi, wajah yang cerah, serta duduknya yang sopan, dan itulah yang diajarkan Jibril kepada para penuntut ilmu.
             Wahai pendidik dan penuntut ilmu, selain Jibril mengajarkan ilmu, ternyata ada hal penting  yang juga dia ajarkan; adab. Jibril contohkan kepada kita, bagaimana menyiapkan kondisi prima dan menarik sebelum menuntut ilmu. Inilah sebuah adab, adab di majelis ilmu. Suatu hal yang sangat penting, karena dengan baiknya adab kita di majelis, dengan izin Allah; ilmu akan mudah masuk ke dalam hati dan fikiran kita. Bagaimana? Sudah tahu sekarang?
Yang perlu diingat, adab bukan hanya adab di majelis ilmu, masih ada adab-adab yang lain. Misalnya, adab berbicara, adab makan, serta adab-adab lainnya yang agama ini telah mengajarkan.
Jika ingin pendidikan berhasil, maka utamakan adab. Dan ingat, pelajarilah ilmu setelahnya.  Abdullah Ibnul Mubarak mengatakan, “Aku mempelajari adab selama 30 tahun kemudian aku menuntut ilmu selama 20 tahun. Mereka mempelajari adab sebelum belajar ilmu.” Wallahu a’lam

Oleh: A. Yusuf wicaksono


Referensi;
1.       Dr. Musthafa Dib al-Bugha, Dr. Muhyiddin Mistu, Al-Wafi
2.       Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Adab dan Akhlak Penuntut Ilmu
3.       Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, Tafsir Juz ‘Amma
4.       KBBI online
5.       Rumaysho.com

0 komentar:

Posting Komentar