Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Minggu, 08 Mei 2016

,

Review Buku Beginilah Seharusnya Menjadi Guru

Share
         Ada sebuah hadits yang sangat menarik yang di cantumkan penulis dalam mukadimah kitabnya ini. Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Umamah ra., dia berkata, Rasulullah saw. bersabda,
Sesungguhnya Allah, para malaikat, penduduk langit dan bumi, bahkan hingga semut di lobangnya, dan bahkan hingga ikan di lautan, benar-benar memohonkan shalawat (pujian dan rahmat) bagi orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.
         Hadits di atas menjelaskan tentang
keutamaan orang yang mengajarkan ilmu. Maka sesuai dengan apa yang akan di bahas oleh penulis dalam buku ini. Yaitu berkaitan dengan mu’allim. Sering kita mengartikan kata tersebut adalah guru atau pengajar.
        Seorang pengajar ataupun seorang pendidik yang mereka mengajarkan ilmunya, maka janji Allah sangat jelas dan tidak bisa dipungkiri. Seorang pendidik memiliki keutamaan, karena mereka dijanjikan sebuah permohonan shalawat. Sebuah janji yang sangat menarik bukan? Akan tetapi janji itu tidak mudah untuk didapatkan, tidak hanya urusan seorang guru bisa menyampaikan materi  saja, namun lebih dari itu. Tugas guru sangat berat dan semua itu menuntut kesabaran, kekuatan, fikiran dan kerja keras yang tinggi.
            Buku yang tidak terlalu tebal ini akan membahas sesuatu yang berkaitan dengan seorang guru. Yang sangat menarik dalam buku ini penulis mengelompokkan isi buku ini menjadi 3 hal. Apa itu? Nanti, akan saya bahas di paragraf-paragraf berikutnya.
           Buku yang memiliki judul asli Al-Mu’allim Al-Awwal ditulis oleh Fu’ad bin Abdul Aziz asy-Syalhub. Dan buku ini juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Beginilah Seharusnya Menjadi Guru” yang di terbitkan oleh Darul Haq.
           Menarik mengupas lebih dalam buku tipis ini, kira-kira hanya 190an halaman (terj.). Fu’ad asy-Syalhub menjadikan isi buku ini menjadi tiga bagian. Dan tiga bagian ini pula yang seharusnya ada di setiap pribadi seorang guru.
           Pertama, karakter-karakter yang harus dimiliki seorang guru. Segala sesuatu berawal dari perbaikan diri. Sebelum seorang  guru mengajarkan kebaikan kepada seorang murid, maka guru itu seharusnya yang pertama melakukan apa yang diajarkannya. Oleh karena itu, guru dituntut menjadi seorang teladan. Bagaimana caranya? Fu’ad asy-Syalhub memberikan caranya sekaligus menjelaskannya. Asy-Syalhub menyebutkan 11 hal yang harus diperhatikan guru untuk perbaikan karakter. Salah satunya adalah mengikhlaskan niat karena Allah. Segela yang dilakukan oleh serong guru, khususnya mengajarkan ilmu, hendaknya senantiasa diniatkan karena Allah. Bukan mencari ridha manusia ataupun bentuk gemerlapnya kenikmatan dunia. Niat ikhlas menjadi satu kunci agar ibadah seseorang bisa diteriman, termasuk urusan mendidik.
           Bagian kedua yang disampaikan penulis adalah tugas dan kewajiban seorang guru. Seorang guru sepantasnya mengetahui apa sebenarnya tugasnya menjadi guru. Apakah hanya mengajar dan kemudian pulang tanpa ada tugas yang lain, atau seperti apa? Ya, seorang guru memiliki tugas yang wajib dilakukan. Fu’ad asy-Syalhub menyebutkan tugas pertama seorang guru adalah menanamkan akidah yang benar dan memantapkan kualitas Iman siswa pada saat belajar mengajar. Jadi entah guru apa itu, matematika IPA, IPS, terlebih guru agama, maka kewajibannya menamkan akidah murid. Pondasi pada diri  murid harus dibentuk. Sehingga tugas penanaman akidah ini tidak hanya menjadi kewajiban guru agama, tetapi semua. Dan Fu’ad asy-Syalhub juga menyebutkan tugas-tugas yang lain. Beliau sebutkan, memberikan nasihat, lembut kepada anak didik, tidak menyebut nama saat menegur, memberi salam, menerapkan sanksi, dan memberikan penghargaan kepada anak didik. Dan bagi seorang guru setelah melakukan perbaikan karakter-karakter pribadi, maka wajib baginya mengatahui tugas dan kewajibannya menjadi seorang guru.
           Bagian ketiga, sistem dan metode pengajaran. Yang perlu diingat, jangan sampai terbalik dalam menempatkan ketiga hal tadi. Metode, secara prioritas ada pada urutan ketiga. Metode sangat dibutuhkan dalam mengajar. Karena demi sebuah keberhasilan tujuan, maka guru harus menguasai metode-metode pengajaran. Dan penulis menyuguhkan 20 metode yang bisa digunakan guru dalam mengajar. Jumlah 20 itu, bukanlah batasan, masih banyak metode yang lain. Tetapi hanya 20 yang disebutkan asy-Syalhub.
           Menarik memang, terlebih lagi berkaitan dengan tiga bagian utama tersebut, penulis menyandarkannya pada apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. Ya, semua yang ada di buku ini sumbernya dari Rasulullah. Oleh karena itu, penulisan buku ini pun juga menarik, pertama penulis sebutkan dalilnya (hadits), kemudian beliau beri penjelasan secara singkat. Pertanyaannya, kenapa harus Rasulullah, kenapa bukan metode barat yang “katanya” maju? Jawaban dari pertanyaan itu sekaligus menjadi dasar kenapa penulis menyandarkannya kepada Nabi saw. Dan Jawabanya sudah dijelaskan Allah  dalam firman-Nya,
   “Sesungguhnya telah ada pada  (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.”(Al-Ahzab: 21).
          Bagaimana masih ragu dengan Rasulullah? Allah sendiri yang telah menjamin akan keteladanan Rasulullah. Apa yang diajarkan Rasulullah pastilah terbaik, karena beliau lah gurunya umat ini, pendidiknya umat ini, mu’alli al-awwal. Dan sudah seharusnya kita sebagai umatnya meneladani beliau, terkhusus dalam urusan pendidikan. 

Oleh: A. Yusuf Wicaksono

0 komentar:

Posting Komentar