Ada
sebuah hadits yang sangat menarik yang di cantumkan penulis dalam mukadimah
kitabnya ini. Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Umamah ra., dia berkata,
Rasulullah saw. bersabda,
“Sesungguhnya
Allah, para malaikat, penduduk langit dan bumi, bahkan hingga semut di
lobangnya, dan bahkan hingga ikan di lautan, benar-benar memohonkan shalawat
(pujian dan rahmat) bagi orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.”
Hadits
di atas menjelaskan tentang
keutamaan orang yang mengajarkan ilmu. Maka sesuai
dengan apa yang akan di bahas oleh penulis dalam buku ini. Yaitu berkaitan
dengan mu’allim. Sering kita mengartikan kata tersebut adalah guru atau
pengajar.
Seorang
pengajar ataupun seorang pendidik yang mereka mengajarkan ilmunya, maka janji
Allah sangat jelas dan tidak bisa dipungkiri. Seorang pendidik memiliki
keutamaan, karena mereka dijanjikan sebuah permohonan shalawat. Sebuah janji
yang sangat menarik bukan? Akan tetapi janji itu tidak mudah untuk didapatkan,
tidak hanya urusan seorang guru bisa menyampaikan materi saja, namun lebih dari itu. Tugas guru sangat
berat dan semua itu menuntut kesabaran, kekuatan, fikiran dan kerja keras yang
tinggi.
Buku
yang tidak terlalu tebal ini akan membahas sesuatu yang berkaitan dengan
seorang guru. Yang sangat menarik dalam buku ini penulis mengelompokkan isi
buku ini menjadi 3 hal. Apa itu? Nanti, akan saya bahas di paragraf-paragraf
berikutnya.
Buku
yang memiliki judul asli Al-Mu’allim Al-Awwal ditulis oleh Fu’ad bin
Abdul Aziz asy-Syalhub. Dan buku ini juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dengan judul “Beginilah Seharusnya Menjadi Guru” yang di terbitkan
oleh Darul Haq.
Menarik
mengupas lebih dalam buku tipis ini, kira-kira hanya 190an halaman (terj.).
Fu’ad asy-Syalhub menjadikan isi buku ini menjadi tiga bagian. Dan tiga bagian
ini pula yang seharusnya ada di setiap pribadi seorang guru.
Pertama,
karakter-karakter yang harus dimiliki seorang guru. Segala sesuatu berawal dari
perbaikan diri. Sebelum seorang guru
mengajarkan kebaikan kepada seorang murid, maka guru itu seharusnya yang
pertama melakukan apa yang diajarkannya. Oleh karena itu, guru dituntut menjadi
seorang teladan. Bagaimana caranya? Fu’ad asy-Syalhub memberikan caranya
sekaligus menjelaskannya. Asy-Syalhub menyebutkan 11 hal yang harus
diperhatikan guru untuk perbaikan karakter. Salah satunya adalah mengikhlaskan
niat karena Allah. Segela yang dilakukan oleh serong guru, khususnya
mengajarkan ilmu, hendaknya senantiasa diniatkan karena Allah. Bukan mencari
ridha manusia ataupun bentuk gemerlapnya kenikmatan dunia. Niat ikhlas menjadi
satu kunci agar ibadah seseorang bisa diteriman, termasuk urusan mendidik.
Bagian
kedua yang disampaikan penulis adalah tugas dan kewajiban seorang guru. Seorang
guru sepantasnya mengetahui apa sebenarnya tugasnya menjadi guru. Apakah hanya
mengajar dan kemudian pulang tanpa ada tugas yang lain, atau seperti apa? Ya,
seorang guru memiliki tugas yang wajib dilakukan. Fu’ad asy-Syalhub menyebutkan
tugas pertama seorang guru adalah menanamkan akidah yang benar dan memantapkan
kualitas Iman siswa pada saat belajar mengajar. Jadi entah guru apa itu,
matematika IPA, IPS, terlebih guru agama, maka kewajibannya menamkan akidah
murid. Pondasi pada diri murid harus
dibentuk. Sehingga tugas penanaman akidah ini tidak hanya menjadi kewajiban
guru agama, tetapi semua. Dan Fu’ad asy-Syalhub juga menyebutkan tugas-tugas
yang lain. Beliau sebutkan, memberikan nasihat, lembut kepada anak didik, tidak
menyebut nama saat menegur, memberi salam, menerapkan sanksi, dan memberikan
penghargaan kepada anak didik. Dan bagi seorang guru setelah melakukan
perbaikan karakter-karakter pribadi, maka wajib baginya mengatahui tugas dan
kewajibannya menjadi seorang guru.
Bagian
ketiga, sistem dan metode pengajaran. Yang perlu diingat, jangan sampai
terbalik dalam menempatkan ketiga hal tadi. Metode, secara prioritas ada pada
urutan ketiga. Metode sangat dibutuhkan dalam mengajar. Karena demi sebuah
keberhasilan tujuan, maka guru harus menguasai metode-metode pengajaran. Dan
penulis menyuguhkan 20 metode yang bisa digunakan guru dalam mengajar. Jumlah
20 itu, bukanlah batasan, masih banyak metode yang lain. Tetapi hanya 20 yang
disebutkan asy-Syalhub.
Menarik
memang, terlebih lagi berkaitan dengan tiga bagian utama tersebut, penulis
menyandarkannya pada apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. Ya, semua
yang ada di buku ini sumbernya dari Rasulullah. Oleh karena itu, penulisan buku
ini pun juga menarik, pertama penulis sebutkan dalilnya (hadits), kemudian
beliau beri penjelasan secara singkat. Pertanyaannya, kenapa harus Rasulullah,
kenapa bukan metode barat yang “katanya” maju? Jawaban dari pertanyaan itu
sekaligus menjadi dasar kenapa penulis menyandarkannya kepada Nabi saw. Dan Jawabanya
sudah dijelaskan Allah dalam firman-Nya,
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu.”(Al-Ahzab: 21).
Bagaimana
masih ragu dengan Rasulullah? Allah sendiri yang telah menjamin akan
keteladanan Rasulullah. Apa yang diajarkan Rasulullah pastilah terbaik, karena
beliau lah gurunya umat ini, pendidiknya umat ini, mu’alli al-awwal. Dan
sudah seharusnya kita sebagai umatnya meneladani beliau, terkhusus dalam urusan
pendidikan.
Oleh: A. Yusuf
Wicaksono
0 komentar:
Posting Komentar