Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Minggu, 08 Mei 2016

,

Artikel Jangan Curang

Share


           
Tenang dan penuh perhatian. Ya, begitulah suasana di masjid sekolah dasar yang pernah saya kunjungi. Mereka adalah penuntut ilmu sekaligus kader-kader masa depan. Mereka duduk rapi menunggu sang guru memberikan arahan. Tepatnya, saat itu seusai shalat Dhuha yang menjadi rutinitas sekolah.
            Memang, sekarang mereka masih kecil. Tetapi
dengan izin Allah mereka akan tumbuh menjadi dewasa. Mereka akan menjadi penerus generasi yang sudah tua. Ibarat sebuah roda yang berputar, yang awalnya posisinya di bawah suatu saat akan di atas. Kita ibaratkan anak-anak ini berada pada posisi bawah, maka kelak mereka akan berputar dan berpindah ke atas, tentu; merekalah calon penerusnya.
            Ya, anak-anak di masjid itulah kadernya, merekalah calon penerusnya. Begitu juga dengan saya, saudara, dan kalian semua; adalah kader dan calon penerusnya. Suatu saat kitalah yang akan menjadi pengganti generasi yang sudah tua, kita yang menjadi kader-kader masa depan itu. Dan kita yang akan mengambil posisi-posisi penting itu.
            Akan tetapi, menjadi penerus tidak semudah mengedipkan bola mata. Semua butuh proses. Semua butuh ilmu, tidak semata-mata kita langsung menjadi penerus yang hebat. Tidak, jangan salah faham. Perlu adanya persiapan, perlu adanya proses belajar untuk sebuah ilmu, dan ujungnya menjadi ahli di bidang yang ditekuni.
            Ketika seseorang memutuskan untuk menjadi penerus dokter dan ahli di bidang itu, ya jelas; ilmu kedokteran yang harus dikuasai. Ketika seseorang memutuskan menjadi seorang guru dan ahli di bidang itu, ya jelas pula; ilmu pendidikan dan segala yang mendukungnya yang harus dikuasai. Begitupun dengan bidang yang lainnya. Semua perlu ilmu, dan ilmu perlu dicari. Tapi jangan salah sobat, tidak hanya ilmu dunia yang kita cari, ada ilmu yang jauh lebih penting dari itu, ya; ilmu syar’i. Ilmu yang kelak mengantarkan kita ke surga-Nya. Dokter saja tidak cukup, tetapi dokter sholeh itu utama. Guru saja tidak cukup, tetapi guru sholeh yang dapat masuk surga lebih utama. Insyaallah
            Ilmu syar’i memang sangat penting untuk dicari, namun permasalan yang tak kalah penting bagi para pencari ilmu adalah membentengi diri dari bencana. Ada sebuah bencana yang sangat berbahaya di saat seseorang tengah mencari ilmu. Bencana  yang menjadikan ilmu itu tidak barokah. Bencana yang menjadikan seseorang itu tidak amanah terhadap ilmu.  Dr. ‘Aidh al-Qorni dalam bukunya Tips Belajar Para Ulama menegaskan, “Bencana yang sangat besar dan bahaya yang mengerikan bila kita mendengar beberapa pencari ilmu syar’i ketika belajar di sekolah, pondok pesantren dan universitas tidak meninggalkan perbuatan curang dalam pelaksanaan ujian.” Ya curang bahaya besar itu. Beliau juga menegaskan bahwa curang di sini salah satunya adalah dengan menyontek.
            Curang, sungguh perbuatan yang menjadikan dia berkhianat terhadap ilmu. Para pelaku curang itu seakan tidak melihat pengorbanan-pengorbanan kaum terdahulu dengan keikhlasan, kesabaran, begadang hanya demi mendapatkan ilmu. Lantas dimana posisi para pelaku curang  dibanding para ulama itu. Sungguh, jauh dan sangat jauh.
            Masih ingatkah kalian? Keteguhan Abdullah bin Abbas, demi mendapat hadits, di siang yang terik dia rela duduk menunggu di depan pintu rumah sahabat Rasulullah. Masih ingatkah kalian? Demi mendapat ilmu, si cerdas dari Andalusia ini rela pergi ke Madinah nan jauh untuk bertemu Imam Malik. Masih ingatkah kalian? Karena hausnya dengan ilmu, al-Bukhari sampai kehabisan modal dan menjadikan pakaiannya habis juga. Tetapi di balik kesulitan itu, mereka sabar, mereka tidak mengambil cara instan dan curang. Mereka teguh bahwa ilmu itu adalah amanah. Dan amanah itu senantiasa di jaga, bukan dikhianati dengan melakukan perbuatan curang. Lantas bagaimana dengan kita? Sudahkah seperti mereka?   

Oleh: A. Yusuf Wicaksono
Sumber:
            Dr. ‘Aidh al-Qorni, Tips Belajarnya Para Ulama

0 komentar:

Posting Komentar